Copy-Paste - Jika kalian berpikir bahwa matematika itu hanya ada di buku maka kalian keliru. Matematika sangat dekat dengan kita dalam kehidupan. Setelah mempelajari matematika ternyata kita dapat 'melihat' matematika dalam berbagai hal di sekitar kita salah satunya pada Hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengenai orang yang bangkrut.
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim menceritakan tentang definisi orang bangkrut menurut Islam. Hadits itu berbunyi:
أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوْا: الْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
"Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?". Mereka menjawab: "Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta/barang."
Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka." (HR Muslim no. 6522)
Matematika seperti apa yang ada di dalam hadits ini?
Operasi penjumlahan dan inversnya. Sebenarnya, dalam matematika tidak ada operasi pengurangan. Kalau kalian kuliah di jurusan matematika kalian mengenal mata kuliah teori grup. Dalam mata kuliah teori grup kalian akan mengenal grup himpunan bilangan dengan operasi tambah tetapi tidak dikenal operasi kurang. Dalam grup ini ada komponen berupa invers, invers merupakan kebalikan dari bilangan, 1 inversnya adalah -1 dan -1 inversnya adalah 1.
Tahukah kalian mengapa 2 + (-1) = 2 - 1 ? atau mengapa 3 - (-2) = 3 + 2? Jawabannya adalah karena hakikat pengurangan adalah penjumlahan dengan invers bilangan tersebut. 3 - (-2) adalah 3 ditambahkan dengan invers dari - 2 yaitu 2. Matematika inilah yang dapat kita lihat dalam hadits di atas. Ketika seorang manusia dihisab pada hari kiamat dengan membawa banyak amal baik dapat diumpamakan sebagai keadaan bilangan positif. Tetapi dengan kedzaliman-kedzalimannya terhadap manusia maka amal baiknya dikurangi satu per satu hingga tidak ada lagi yang dapat dikurangi, maka ia ditambahkan amal-amal buruk orang yang didzaliminya atau diumpamakan sebagai ditambahkan dengan bilangan negatif. Kita lihat bahwa itu merupakan suatu yang adil atau setimbang antara mengurangi amal baik dengan menambahkan amal buruk yang dalam matematika dikatakan sama antara pengurangan amal baik dengan penambahan invers dari amal baik yaitu amal buruk. والله أعلم.
Dari hadits di atas, kita harus berhati-hati agar tidak menjadi manusia yang amal timbangannya berubah dari positif menjadi negatif. Jangan sampai kita menjadi orang yang membakar habis amal baik kita sendiri dengan menyakiti dan mengambil hak orang lain. Karena sesungguhnya tidaklah dapat dihapus dosa kita karena menyakiti orang kecuali orang tersebut memaafkan kita.
Adinda Kamilah
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim menceritakan tentang definisi orang bangkrut menurut Islam. Hadits itu berbunyi:
أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوْا: الْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
"Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?". Mereka menjawab: "Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta/barang."
Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka." (HR Muslim no. 6522)
Matematika seperti apa yang ada di dalam hadits ini?
Operasi penjumlahan dan inversnya. Sebenarnya, dalam matematika tidak ada operasi pengurangan. Kalau kalian kuliah di jurusan matematika kalian mengenal mata kuliah teori grup. Dalam mata kuliah teori grup kalian akan mengenal grup himpunan bilangan dengan operasi tambah tetapi tidak dikenal operasi kurang. Dalam grup ini ada komponen berupa invers, invers merupakan kebalikan dari bilangan, 1 inversnya adalah -1 dan -1 inversnya adalah 1.
Tahukah kalian mengapa 2 + (-1) = 2 - 1 ? atau mengapa 3 - (-2) = 3 + 2? Jawabannya adalah karena hakikat pengurangan adalah penjumlahan dengan invers bilangan tersebut. 3 - (-2) adalah 3 ditambahkan dengan invers dari - 2 yaitu 2. Matematika inilah yang dapat kita lihat dalam hadits di atas. Ketika seorang manusia dihisab pada hari kiamat dengan membawa banyak amal baik dapat diumpamakan sebagai keadaan bilangan positif. Tetapi dengan kedzaliman-kedzalimannya terhadap manusia maka amal baiknya dikurangi satu per satu hingga tidak ada lagi yang dapat dikurangi, maka ia ditambahkan amal-amal buruk orang yang didzaliminya atau diumpamakan sebagai ditambahkan dengan bilangan negatif. Kita lihat bahwa itu merupakan suatu yang adil atau setimbang antara mengurangi amal baik dengan menambahkan amal buruk yang dalam matematika dikatakan sama antara pengurangan amal baik dengan penambahan invers dari amal baik yaitu amal buruk. والله أعلم.
Dari hadits di atas, kita harus berhati-hati agar tidak menjadi manusia yang amal timbangannya berubah dari positif menjadi negatif. Jangan sampai kita menjadi orang yang membakar habis amal baik kita sendiri dengan menyakiti dan mengambil hak orang lain. Karena sesungguhnya tidaklah dapat dihapus dosa kita karena menyakiti orang kecuali orang tersebut memaafkan kita.
Adinda Kamilah
Komentar
Posting Komentar