Momen Hari Wisuda |
Apa Yang Saya Hadapi Sebagai Ibu Hamil? Memasuki tingkat akhir perkuliahan saya menghadapi tugas akhir dan kelulusan. Karena saya sudah menghabiskan seluruh sks yang mengharuskan saya masuk kelas maka sisa sks saya tinggal 10, dengan 2 sks KKN termasuk ke dalam semester 6. Meskipun sedikit sks yang diambil, tetapi semakin berat tugas-tugas kuliah. Di tingkat akhir ini jsaya harus KKN, magang dan penelitian, semua hal yang menguras keringat dan air mata. Tanpa tambahan tanggung jawab lain pun tugas-tugas ini sudah sangat berat. Lalu bagaimana jika saya hamil ketika tingkat akhir?
Pada awal KKN saya belum sadar kalau saya sedang hamil. Saya melakukan aktifitas sebagaimana yang lainnya. Saya bahkan ikut bermain wahana kora-kora di pasar malam dekat desa lokasi KKN saya. Sungguh hal yang sangat saya khawatirkan resikonya ketika mengetahui saya sedang hamil. Hanya berselang beberapa hari setelah naik kora-kora itu saya mencurigai diri saya tengah hamil karena jadwal menstruasi yang tidak lancar. Setelah menghubungi suami, akhirnya saya memutuskan untuk periksa kehamilan dengan tespack. Rasanya kok ya malu beli testpack di minimarket, padahal lebih mudah kalau beli di online shop, tapi dulu tidak terpikirkan. Setelah beli testpack langsung pagi-pagi periksa. Hasilnya? Pasti sudah tau yaa, POSITIF!
Meskipun ini tidak sesuai dengan rencana pada saat menikah, tapi ini adalah anugerah dari Allah. Ini adalah sebuah kabar gembira. Oleh karena itu saya mengabarkan teman-teman KKN saya agar mereka bisa memahami kondisi saya. Bukan berarti saya meminta untuk meninggalkan kewajiban, karena saya masih melaksanakan tugas-tugas saya. Tips 1 : Pastikan Orang-Orang Sekitar Anda Tahu Anda Hamil.
Hal pertama yang saya rencanakan setelah mengetahui saya hamil adalah periksa kandungan. Saya sungguh mengkhawatirkan janin saya. Selama sekitar 2 minggu KKN saya sudah keliling desa naik motor, makan durian, makan nanas dan naik kora-kora. Dengan berbagai pantangan ibu hamil yang saya lakukan sebelumnya, saya cukup khawatir, meskipun sebagian pantangan hanya mitos. Tips 2: Rutin Periksa Kandungan.
Tugas kuliah saya penting tapi janin ini amanah dari Allah. Jadi saya harus memastikan saya mengemban amanahnya dengan baik. Jadi ketika KKN saya ijin beberapa hari untuk pulang dan mengunjungi dokter kandungan. Karena baru berusia 1 bulan, maka yang nampak saat USG hanyalah kantung kandungan. Meskipun tidak bisa menjelaskan kondisi bayi tapi ini semakin meyakinkan hal yang masih saya sulit percaya, yaitu saya benar-benar hamil.
Ketika periksa saya dapat informasi mengenai tanggal HPL (Hari Perkiraan Lahir). Hanya 8 bulan lagi, sedangkan saya belum benar-benar memulai tingkat akhir kuliah saya. Saya menunggu sekitar 2 minggu untuk memulai PPL. Tugas akhir saya sama sekali belum dimulai. Pada sidang itsbat pun hilal judul skripsi saya sama sekali belum terlihat, hehe. Lebih banyak hal yang harus dilakukan maka lebih detil saya harus merencanakan perjalanan tingkat akhir kuliah saya. Jadi, tips 3 : Rencanakan Dengan Detil, Tulis Timeline Tugas-Tugasmu.
Selesai dari KKN hal pertama yang saya lakukan selanjutnya adalah praktik lapangan. Saya adalah seorang mahasiswa pendidikan matematika maka praktik saya adalah mengajar di sekolah. Saat itu saya secara offline mendaftar di salah satu sekolah tempat praktik bersama dengan dua orang teman saya. Akan tetapi saat pendaftaran online kami tidak bisa mendaftar ke sekolah tersebut. Akhirnya, kami keluar dari rencana dan saya mendaftar di sekolah lain
Lokasi PPL saya cukup dekat dari kosan saat itu. Tetapi, yang menjadi momok bagi saya adalah saya tidak mendapatkan teman sejurusan di sekolah yang sama dan pembimbing saya adalah dosen yang saya takuti. Bagaimanapun, PPL saya harus selesai dengan baik dan minum stress karena saya sedang hamil. Hari-hari PPL berjalan cukup baik sambil saya terus melanjutkan skripsi saya. Sehari-hari saya menggunakan angkot atau ojek online menuju lokasi dengan berjalan 100 - 500 meter setiap harinya. Selama PPL ini saya membagi waktu antara tugas di sekolah dengan skripsi saya. Tips 4 : Buat jadwal PPL, jadwal ke perpustakaan dan jadwal bimbingan skripsi dengan baik.
Sampai akhir masa PPL proposal penelitian saya belum disetujui. Saat itu usia kehamilan saya sudah memasuki usia 6 bulan. Perasaan pesimis sering muncul tapi keluarga dan teman-teman terus mensupport saya. HPL saya justru menjadi pendorong saya untuk tetap disiplin dan semangat mengerjakan tugas-tugas saya.
Akhirnya, pada bulan Januari setelah mengubah sedikit rencana penelitian saya saya bisa mengikuti seminar proposal penelitian. Untuk mahasiswa program studi pendidikan saya menghindari penelitian yang menuntut kita untuk melakukan penelitian sesuai dengan berjalannya kurikulum di sekolah. Karena meskipun saya sudah merencanakan dan membuat timeline, kenyataannya banyak sekali kendala yang menjadikan timeline ini molor. Oleh karena itu, tips 5 : Pilih jenis penelitian dengan waktu ambil data yang lebih fleksibel.
Setelah seminar proposal, penelitian saya tidak serta merta berjalan lancar. Persiapan instrumen penelitian memakan waktu cukup lama untuk pembuatan, penilaian sampai dinilai instrumen penelitian saya dapat digunakan. Akhir februari hingga awal maret merupakan waktu yang sangat krusial untuk saya. Hampir setiap hari saya mengurus perizinan sekolah, mencari kriteria sekolah dan siswa yang sesuai dan mau menjadi tempat penelitian.
Setelah uji instrumen pertama, instrumen saya belum cukup memenuhi kriteria. Saya mencari tempat penelitian lain dan memeriksa rumus yang saya gunakan hingga akhirnya saya dapat membuktikan instrumen saya valid dan reliable. Pada akhirnya, 3 minggu sebelum HPL saya mengambil data selengkap yang saya bisa. Saya itu, hanya tersisa 1 minggu hingga saya harus kembali ke tempat saya berencana melahirkan. Niat saya saat itu menyelesaikan hingga pembahasan. Tapi rencana tidak selalu berjalan lancar, dua hari sebelum pindahan saya tidak bisa menemui dosen saya. Akhirnya, saya pulang dengan belum mendapatkan persetujuan untuk bab 4 penelitian saya.
Yang mungkin menjadi pertanyaan adalah bagaimana mungkin 3 minggu sebelum HPL saya masih di kosan. Qadarullah, kehamilan saya berjalan baik. Saya tidak melahirkan sebelum HPL. Tapi tips 6 : Persiapkan beberapa rencana lahiran di beberapa tempat.
Saya melahirkan 2 hari setelah HPL saya. Melahirkan, mengurus bayi dan menyusui adalah hal yang sangat membuat saya syok. Saya hampir mengalami stres saat itu dengan berbagai kejadian yang saya alami. Tidak ada waktu bagi saya untuk memikirkan skripsi saya. Hingga menjelang bayi saya berusia 1 bulan saya mempersiapkan diri untuk kembali ke perantauan.
Tepat di awal bulan Mei, beberapa pekan sebelum bulan Ramadhan, saya kembali berkuliah dengan ditemani ibu saya. Saya hanya tinggal di kosan kecil dengan fasilitas minim untuk menunjang kegiatan saya kuliah dan mengurus bayi. Tetapi, lingkungannya cukup baik dan bersih.
Tanpa buang-buang waktu saya kembali menekuni skripsi saya dan menemui dosen pembimbing. Saat itu saya sudah menyelesaikan bab 4 dan bab 5 dengan alakadarnya. Qadarullah, di kampus saat itu ada perubahan jadwal wisuda dan jumlah wisudawan masih terlalu sedikit sehingga sidang skripsi dibuka lagi dengan target menambah banyak wisudawan. Departemen saya juga mendorong mahasiswa untuk mendaftar. Saat itulah saat saya tidak bisa menjelaskan apakah ini hal baik atau tidak. Karena kesalahpahaman, dosen saya menyuruh saya untuk mendaftar skripsi di minggu pertama saya kembali. Meskipun setelahnya beliau menyadari ternyata saya baru kembali bimbingan setelah vakum satu setengah bulan. Saya sendiri tidak percaya diri untuk sidang saat itu. Tapi bagaimanapun saya berencana Allah yang menentukan. Saya sidang skripsi dan lulus bulan itu. Kurang lebih hanya 4 minggu saya di perantauan dengan bayi dan ibu saya. Inilah tips terakhir dan terpenting yang bisa saya bagikan: Berdoalah dan minta doa terbaik dari orangtua. Dan yakinlah bahwa bagaimanapun rencana kita, ketentuan-Nya adalah yang terbaik.
Sumber gambar: dokumen pribadi |
Tahun itu masih sangat tergambar di ingatan saya. Tahun yang menjadi saksi masa transisi saya sebagai wanita menjadi ibu dan sebagai mahasiswa menjadi sarjana. Catatan yang mungkin perlu saya tambahkan adalah saya lulus dengan nilai yang baik, meskipun nilai bukan indikator kesuksesan. Tapi ini menjadi bukti bahwa menikah tidak serta merta menjadikan kuliah terbengkalai biidznillah.
Adinda Kamilah
Komentar
Posting Komentar