Apa Langkah Besar Transformasi Pendidikan melalui AKM dan Penghapusan UN? Coba Perhatikan Perbedaan AKM dan UN!
Mari kita telaah apa perbedaan AKM dan UN yang membawa perubahan baik pada sistem pendidikan.
1. Fungsi.
UN sejak lama telah dijadikan faktor penentu kelulusan siswa di mana hasil belajar siswa selama 3 tahun pada jenjang SMP/SMA dan 6 tahun untuk jenjang SD dinilai melalui evaluasi yang dilakukan hanya dalam beberapa hari melalui beberapa pelajaran saja. Fungsi ini menjadikan mayoritas siswa hanya ingin dapat menyelesaikan soal-soal sebagai tujuan belajarnya. Hal ini memberikan pengurangan kualitas pembelajaran yang sangat signifikan karena siswa dan guru kurang memberikan perhatian pada materi-materi penting yang tidak diujikan dalam UN. Pembelajaran yang berbasis soal juga mempersempit pemahaman karena menyelesaikan soal-soal dapat dilakukan hanya dengan pemahaman yang tidak mendalam dan juga hafalan.
Selain pengaruhnya terhadap proses belajar, UN yang dijadikan sebagai penentu kelulusan juga memberikan tekanan kepada siswa, orangtua dan juga sekolah. Tekanan ini kerap menjadikan siswa stress dalam belajar. Tekanan ini juga akhirnya membuka kesempatan-kesempatan untuk terjadinya perilaku kecurangan. Ketika UN masih dilaksanakan, praktik jual beli kunci jawaban UN menjadi rahasia umum.
Berbeda dengan UN, AKM murni berfungsi sebagai instrumen evaluasi proses belajar di sebuah institusi. Hasil AKM tidak dijadikan tolak ukur kelulusan seorang siswa tetapi menjadi tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. AKM tidak menunjukkan prestasi siswa yang mengikutinya tetapi menjadi dasar atas kekurangan-kekurangan institusi pendidikan untuk kemudian dievaluasi dan diperbaiki. AKM juga diharapkan dapat menggambarkan capaian siswa secara terhadap kompetensi yang diharapkan untuk dapat digunakan sebagai dasar rancangan kegiatan belajar-mengajar. Fungsi ini sebenarnya juga merupakan fungsi UN, tetapi karena AKM tidak dijadikan sebagai faktor kelulusan dan tidak dijadikan simbol keberhasilan siswa, tekanan yang diberikan kepada siswa menjadi berkurang dan sekolah pun dapat memfokuskan diri dalam perbaikan-perbaikan internalnya juga peningkatan hasil belajar siswa selanjutnya.
2. Sasaran Peserta.
Peserta dalam UN adalah seluruh siswa tingkat akhir dalam satuan pendidikan, sedangkan peserta AKM adalah sampel acak dari siswa kelas 5 untuk tingkat SD, kelas 8 untuk tingkat SMP, dan kelas 11 untuk tingkat SMA. Sesuai dengan fungsinya, UN dijadikan evaluasi hasil belajar tiap individu selama ia berada di tingkat pendidikan tertentu yaitu SD, SMP, dan SMA sehingga harus seluruh siswa diikutsertakan dan siswa tersebut harus sudah menyelesaikan seluruh level di tingkat pendidikan yang sedang dijalani. Sedangkan AKM yang berfungsi sebagai alat evaluasi proses pendidikan pada sebuah institusi pendidikan, menargetkan siswa pada 1 tingkat sebelum tingkat akhir agar hasil evaluasi proses pendidikan yang didapatkan melalui AKM dapat diimplementasikan secara langsung dan dirasakan oleh siswa yang berpartisipasi pada AKM. Hal ini tentu membuat fungsi AKM menjadi semakin baik dan hasil yang didapatkan dapat lebih nyata juga berfungsi dengan lebih optimal karena proses evaluasi dan implementasinya diterapkan pada siswa yang sama. Selain itu, karena tidak semua siswa pada kelas 5, kelas 8 dan kelas 11 dalam institusi pendidikan mengikuti AKM, diharapkan AKM tidak dijadikan sebagai sebuah agenda yang harus dipersiapkan secara khusus melalui drilling soal-soal AKM yang dapat membelokkan tujuan pembelajaran di kelas dan membuat bias hasil evaluasi.
3. Konten.
Konten UN berisikan soal-soal dari beberapa mata pelajaran yang dinilai inti yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD, tambahan mata pelajaran Bahasa Inggris untuk SMP, sedangkan untuk SMA dan sederajat adalah Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan 3 mata pelajaran lainnya yang disesuaikan dengan jurusan yang diambil oleh siswa. Mata pelajaran yang termasuk ke dalam UN saat itu menjadi mata pelajaran eksklusif yang mendapatkan perhatian lebih baik oleh sekolah, guru, orangtua, maupun siswa hingga seringkali menyebabkan mata pelajaran lain dikesampingkan dan dikorbankan. Tujuan semua komponen pendidikan sangat tertuju kepada mata pelajaran-mata pelajaran yang terbatas sehingga hanya siswa dengan keunggulan dalam bidang-bidang tadi yang terfasilitasi secara optimal. Selain itu, jenis-jenis soal dalam UN adalah jenis-jenis soal yang melibatkan tingkat berpikir dasar dan menengah saja serta sedikit sekali yang dikaitkan dengan konteks kehidupan.
Komponen yang dinilai dalam AKM adalah kompetensi-kompetensi dasar yang merupakan kompetensi yang digunakan oleh siswa untuk dapat mempelajari dan memahami konten mata pelajaran. Komponen tersebut adalah kemampuan literasi membaca dan literasi numerasi yang juga dikaitkan dengan konteks dalam kehidupan. Soal-soal pada AKM bukan merupakan soal yang jawabannya bisa dihafalkan dan berkaitan dengan mata pelajaran tertentu saja sehingga seharusnya tidak terdapat mata pelajaran atau kemampuan siswa yang diabaikan karena AKM.
AKM sebenarnya hanya salah satu bagian dari Asesmen Nasional. Bagian lain dari Asesmen Nasional yang menjadikan asesmen ini lebih bersifat holistik adalah survei karakter dan survei lingkungan belajar. Pembagian ini memberikan hasil penilaian yang dapat berdampak pada keseluruhan aspek dalam pendidikan di sebuah institusi dan merupakan hasil perbaikan sistem yang sangat patut disyukuri.
Terdapat banyak perbedaan antara AKM dan UN yang menjadikan AKM sebagai alat evaluasi yang lebih baik bagi sistem pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengambil langkah yang signifikan dengan penetapan Asesmen Nasional yang di dalamnya juga terdapat AKM. Setidaknya tiga hal di atas adalah perbedaan yang sangat fundamental dan berpengaruh. Seperti apa hasil AKM nantinya digunakan juga harus dilaksanakan dengan optimal agar tujuan perbaikan pendidikand dan kegiatan belajar-mengajar tercapai.
Adinda Kamilah
Komentar
Posting Komentar